Sunday, 2 October 2011

Menyusuri Eksotisme Kampung Batik Laweyan

Solo
alias Surakarta Hadininngrat..

siapa yang tak kenal dengan kota ini..
kota yang sangat terkenal dengan budayanya yang tak akalah eksotis dengan Jogja..
dan disini tempat dimana aku dibesarkan..

masih menyambung cerita jalan-jalan di Malioboro kemarin,,
setelah sampai di kota Solo tercinta,,aku tiba-tiba terbersit keinginan untu "ngebolang" kelilig kota Solo dengan sepeda.
sebenernya cita-citaku keliling Solo dengan sepeda sudah lama direncanakkan hanya saja baru terlakasana.

first stop..
Kampoeng Batik Laweyan..

welcome to "Kampoeng Batik Laweyan"
kenapa ini aku pilih sebagai pemberhentian pertama,,karena ini yang paling dekat deengan rumah..
pukul 06.30 mulai ku kayuh sepedaku,,dari daerah kartasura kearah selatan kemudian berlelok kearah timur menuju kampung batik laweyan..

kurang lebih 20-30 menit lah nge gowes sepeda,sambil membawa my shot gun canon EOS 1000d di pundak..
aku siap untuk hunting view dan wisata bolang di kampung batik Laweyan..

begitu tiba di kampung batik ini suasana damai dan asri nampak langsung menyambutku..
berteman udara sejuk di pagi hari,,terlihat disana-sini warga yang memulai aktifitasnya untuk mencari rejeki..
aku mulai menyusur kampung yang eksotis ini dari sisi barat,kemudian ke selatan,ke utara,ke timur,balik lagi ke selatan,,pokoknya muter-muter cari spot dan momen yang bagus.
Menanti pelanggan
Menelusuri kembali lorong-lorong di antara tembok-tembok besar di Laweyan membuat saya seakan terlempar ke masa lalu., Tembok-tembok tua dengan warna yang memudar itu konon menjadi saksi atas masa kejayaan batik Laweyan.

Disamping Laweyan terkenal akan industri batiknya, mulai dari batik tulis hingga batik cap, kampung ini juga terkenal akan tokoh pergerakan nasional yang ikut berjuang dalam melawan para kompeni-kompeni belanda, siapa lagi kalau bukan K.H. Samanhudi melalui perkumpulan Serikat Dagang Islam-nya yang kemudan berubah menjadi Serikat Islam (kok jadi belajar sejarah gini yaa,hehehe).
Jalanan di Kampung Batik
Museum Samanhoedi
perjalananku terus berlanjut,,setiap sudut lawayan tak luput dari bidikan kameraku..
dan yang menarik perhatianku adalah sebuah langgar (mushola) yang dulunya bernama Langgar Merdeka (sekarang berubah menjadi Langgar Ichlas) yang berada di sudut gang masuk ke kampung batik laweyan..
Langgar “ Merdeka ” merupakan salah satu tempat ibadah umat Islam di Kampoeng Batik Laweyan yang sangat bersejarah dan masih difungsikan hingga kini sekaligus merupakan “ icon “ Kampoeng Batik Laweyan dan juga dapat sebagai penunjuk arah bagi semua orang yang akan menuju ke Kampoeng Batik Laweyan.

sedikit bejar sejrah lagi yaaa...
Menurut sejarah, bangunan Langgar “ Merdeka ” merupakan wakaf ( secara lisan ) dari Almarhun Bapak H. Imam Mashadi dan Almarhumah Ibu Hj. Aminah Imam Mashadi, Pembangunan Langgar “ Merdeka ” dimulai tahun 1942 dan selesai tanggal 26 Februari 1946 yang kemudian diresmikan oleh Mentri Sosial pertama ( I ) yaitu Almarhum Bapak Mulyadi Joyo Martono,  Langgar “ Merdeka ” berdiri setelah berdirinya Masjid “ Al Makmur ” di Setono pada tahun 1944. Bangunan Langgar “ Merdeka ” sebelumnya adalah bangunan rumah milik orang Cina yang dipakai untuk berjualan Candu ( Ganja ) yang kemudian dibeli oleh Almarhun Bapak H. Imam Mashadi.
Langgar Merdeka
Nama Langgar “ Merdeka ” diambil dalam rangka memperingati kemerdekaan RI, namun pada saat Agresi Militer Belanda ke II tahun 1949 diganti namanya dengan Langgar “ Al Ikhlas ” karena dilarang menggunakan kata “ Merdeka ”oleh pemerintah Belanda yang menduduki Surakarta. 
Menara Langgar Merdeka
oke perjalanan dilanjutkan lagi menyususri jalan dan gang-gang sempit kampung batik ini..
setiap sudut hampir salalu ditemui rumah produksi batik,mulai dari rumah sederhana hingga showroom-showroom batik khas Solo.

Kawasan sentra industri batik ini sudah ada sejak zaman kerajaan Pajang tahun 1546 M. Seni batik tradisional yang dulu banyak didominasi oleh para juragan batik sebagai pemilik usaha batik, sampai sekarang masih terus ditekuni masyarakat Laweyan sampai sekarang.
Sebagai langkah strategis untuk melestarikan seni batik, Kampung Laweyan didesain sebagai kampung batik terpadu, memanfaatkan lahan seluas kurang lebih 24 ha yang terdiri dari 3 blok.
Salah satu sentra batik Laweyan
Showroom diantara Lorong Laweyan
sudah lelah berjalan aku memutuskan untu beristirahat disebuah pos kampling di persimpangan Kampung Batik ini,,suasana pagi masih terasa,segala aktifitas masyarakat masih menggeliat di tengah damainya kampung batik Laweyan..
Tolong Antar ke Pasar
dan setelah aku rasa cukup untuk beristirahat,dan tenaga sudah mulai terisi lagi,,aku pun segera mengemas kameraku dan bersiap ke pemberhentian selanjutnya..
Ngarsopuro..

see yaa Laweyaan...^_^
-bersambung-

No comments:

Post a Comment