Solo
kurang lebih 20-30
menit lah nge gowes sepeda,sambil membawa my shot gun canon EOS 1000d di
pundak..
alias
Surakarta Hadininngrat..
siapa
yang tak kenal dengan kota ini..
kota
yang sangat terkenal dengan budayanya yang tak akalah eksotis dengan Jogja..
dan
disini tempat dimana aku dibesarkan..
masih
menyambung cerita jalan-jalan di Malioboro kemarin,,
setelah
sampai di kota Solo tercinta,,aku tiba-tiba terbersit keinginan untu
"ngebolang" kelilig kota Solo dengan sepeda.
sebenernya
cita-citaku keliling Solo dengan sepeda sudah lama direncanakkan hanya saja
baru terlakasana.
first
stop..
Kampoeng
Batik Laweyan..
kenapa
ini aku pilih sebagai pemberhentian pertama,,karena ini yang paling dekat
deengan rumah..
pukul
06.30 mulai ku kayuh sepedaku,,dari daerah kartasura kearah selatan kemudian
berlelok kearah timur menuju kampung batik laweyan..
aku
siap untuk hunting view dan wisata bolang di kampung batik Laweyan..
begitu
tiba di kampung batik ini suasana damai dan asri nampak langsung menyambutku..
berteman
udara sejuk di pagi hari,,terlihat disana-sini warga yang memulai aktifitasnya
untuk mencari rejeki..
aku
mulai menyusur kampung yang eksotis ini dari sisi barat,kemudian ke selatan,ke
utara,ke timur,balik lagi ke selatan,,pokoknya muter-muter cari spot dan momen
yang bagus.
Menelusuri
kembali lorong-lorong di antara tembok-tembok besar di Laweyan membuat saya
seakan terlempar ke masa lalu., Tembok-tembok tua dengan warna yang memudar itu
konon menjadi saksi atas masa kejayaan batik Laweyan.
Disamping
Laweyan terkenal akan industri batiknya, mulai dari batik tulis hingga batik
cap, kampung ini juga terkenal akan tokoh pergerakan nasional yang ikut
berjuang dalam melawan para kompeni-kompeni belanda, siapa lagi kalau bukan
K.H. Samanhudi melalui perkumpulan Serikat Dagang Islam-nya yang kemudan
berubah menjadi Serikat Islam (kok jadi belajar sejarah gini yaa,hehehe).
Jalanan di Kampung Batik |
Museum Samanhoedi |
perjalananku
terus berlanjut,,setiap sudut lawayan tak luput dari bidikan kameraku..
dan
yang menarik perhatianku adalah sebuah langgar (mushola) yang dulunya bernama
Langgar Merdeka (sekarang berubah menjadi Langgar Ichlas) yang berada di sudut
gang masuk ke kampung batik laweyan..
Langgar
“ Merdeka ” merupakan salah satu tempat ibadah umat Islam di Kampoeng Batik
Laweyan yang sangat bersejarah dan masih difungsikan hingga kini sekaligus
merupakan “ icon “ Kampoeng Batik Laweyan dan juga dapat sebagai penunjuk arah
bagi semua orang yang akan menuju ke Kampoeng Batik Laweyan.
sedikit
bejar sejrah lagi yaaa...
Menurut
sejarah, bangunan Langgar “ Merdeka ” merupakan wakaf ( secara lisan ) dari
Almarhun Bapak H. Imam Mashadi dan Almarhumah Ibu Hj. Aminah Imam Mashadi,
Pembangunan Langgar “ Merdeka ” dimulai tahun 1942 dan selesai tanggal 26
Februari 1946 yang kemudian diresmikan oleh Mentri Sosial pertama ( I ) yaitu
Almarhum Bapak Mulyadi Joyo Martono, Langgar “ Merdeka ” berdiri setelah
berdirinya Masjid “ Al Makmur ” di Setono pada tahun 1944. Bangunan Langgar “
Merdeka ” sebelumnya adalah bangunan rumah milik orang Cina yang dipakai untuk
berjualan Candu ( Ganja ) yang kemudian dibeli oleh Almarhun Bapak H. Imam
Mashadi.
Langgar Merdeka |
Nama
Langgar “ Merdeka ” diambil dalam rangka memperingati kemerdekaan RI, namun
pada saat Agresi Militer Belanda ke II tahun 1949 diganti namanya dengan
Langgar “ Al Ikhlas ” karena dilarang menggunakan kata “ Merdeka ”oleh
pemerintah Belanda yang menduduki Surakarta.
Menara Langgar Merdeka |
oke
perjalanan dilanjutkan lagi menyususri jalan dan gang-gang sempit kampung batik
ini..
setiap
sudut hampir salalu ditemui rumah produksi batik,mulai dari rumah sederhana
hingga showroom-showroom batik khas Solo.
Kawasan
sentra industri batik ini sudah ada sejak zaman kerajaan Pajang tahun 1546 M.
Seni batik tradisional yang dulu banyak didominasi oleh para juragan batik
sebagai pemilik usaha batik, sampai sekarang masih terus ditekuni masyarakat
Laweyan sampai sekarang.
Sebagai langkah strategis untuk melestarikan seni batik, Kampung Laweyan didesain sebagai kampung batik terpadu, memanfaatkan lahan seluas kurang lebih 24 ha yang terdiri dari 3 blok.
Sebagai langkah strategis untuk melestarikan seni batik, Kampung Laweyan didesain sebagai kampung batik terpadu, memanfaatkan lahan seluas kurang lebih 24 ha yang terdiri dari 3 blok.
Salah satu sentra batik Laweyan |
Showroom diantara Lorong Laweyan |
sudah
lelah berjalan aku memutuskan untu beristirahat disebuah pos kampling di
persimpangan Kampung Batik ini,,suasana pagi masih terasa,segala aktifitas
masyarakat masih menggeliat di tengah damainya kampung batik Laweyan..
Tolong Antar ke Pasar |
dan
setelah aku rasa cukup untuk beristirahat,dan tenaga sudah mulai terisi
lagi,,aku pun segera mengemas kameraku dan bersiap ke pemberhentian
selanjutnya..
Ngarsopuro..
see
yaa Laweyaan...^_^
-bersambung-
No comments:
Post a Comment